Welcome to our website !

My 1st Book

Angkota

By 11:40

Assalamualaikum

Sampailah tulisan pada subab yang selalu mengambil pelajaran di setiap langkah perjalanan hidup. Satu lagi materi yang dapat terpetik dari sebuah kendaraan umum. Namun, ini bukanlah kisah si kendaraan tersebut. Bukan pula kisah seseorang yang mengemudikan kendaraan umum ini, bukan. Sebutlah saja kendaraan ini ->> Angkot Umum.

Para pembaca, saya yakin sangat mengenalnya. Kisah ini tentang seseorang yang memiliki derajat dan hak sama dengan saya. Penumpang. Ya, sebagai penumpang angkot jurusan daerah Tidar, Malang.Ketika itu, sepulang saya dari tempat penyimpanan uang alias bank. Dalam perjalanan, berada pada satu angkot dengan keluarga yang luar biasa. Maa Syaa Alloh. Keluarga ini terdiri dari suami, istri dan 2 orang anak. Sampai sini mungkin tidak ada yang spesial saat ketika saya menyadari bahwa si suami tersebut adalah seorang tuna netra.

Tetap, disini masih terlihat biasa saja mungkin. Namun, permasalahan ada pada batin saya. Hanya si suami ini saja yang tuna netra. Bahkan anak dan istrinya sama seperti kami yang normal. Terfikir bahwa seorang suami adalah imam, kepala keluarga, pemimpin bagi keluarganya. Tapi, dengan melihat bapak yang tuna netra ini membuat otak saya berputar hingga muncul pertanyaan-pertanyaan yang mungkin hanya bisa di jawab oleh batin manusia masing-masing. Yang diantaranya adalah, bagaimana bapak ini bisa memimpin keluarganya?bahkan jalan saja dia harus di tuntun oleh anak sulungnya. bagaimana bapak ini bisa mencukupkan keluarganya?bahkan wajah anak dan istrinya pun tidak bisa ia kenali. dan bagaimana bisa bapak ini melindungi keluarganya? sementara dia tidak bisa tahu ketika tiba-tiba disekeliling anak dan istrinya ada orang yang memiliki niat jahat yang akan mendzolimi keluarganya.

Yah, itulah pertanyaan-pertanyaan konyol yang keluar dari otak saya. Alloh Memampukan bukan?
Alloh yang Berkehendak, bukan?

Saya kagum dengan si istri bapak ini. Beliau memiliki hati yang begitu besar hingga membantu dan mendampingi suaminya membina keluarga dan memberikan keturunan yang memperbanyak ummatnya Rasululloh. Saya? belum tentu bisa.

Hingga di ujung perempatan jalan Galunggung. Keluarga kecil ini turun dari angkota. Si istri menggendong anak bungsu dengan menggandeng tangan si suami. Si anak sulung menuntun ayahnya berada di depan.

Ma Syaa Alloh.

Wassalam.

0 comments