Welcome to our website !

My 1st Book

Secarik Perkamen

Assalamualaikum

Hidup baru di awal pernikahan tidak seindah yang kebanyakan orang katakan. Bahwa, di tahap awal ini, mengenali karakter masing-masing yang cukup berbeda tidaklah mudah. Menata ego yang sering sekali datang, meninggi, kemudian tiba-tiba pergi. Kami hanya berupaya, bekerja sama bersama-sama mencari jalan yang paling terbaik. Tentu saja tidak lupa kami selalu beradu mengaduh pada Yang Kuasa tentang genggaman cinta yang Dia Anugerahkan ini.
Bagi kami, Rahmat Kasih SayangNya terus saja mengalir. Hadir menemani nafas-nafas pernikahan yang sebenarnya tidak mudah, namun tidak pula susah.
Setiap mulai menutup mata, kami sama-sama bergenggaman, seraya berdo'a.
"Ya Alloh, terima kasih rezeki dan segala yang Kau berikan hari ini. Semoga besok masih Kau beri kesempatan untuk dapat menikmati semua karuniaMu."

Sebentar lagi, kami akan menghadapi dunia yang lebih baru lagi. Beserta serangkaian printilan tanggung jawab yang lebih besar lagi.
Orang tua.
Jabatan terpenting yang sangat berpengaruh hingga akhirat. Dan, selayaknya seorang istri, untuk membaktikan diri kepada orang tua masih merasa belum cukup saat ketika harus mengikuti suami.
Maafkan saya, ayah..ibu...

Alloh, jika memang kami diberikan kesempatan untuk menjaga amanahMu ini, Sekali lagi, tuntun saya. Tuntun kami berdua agar membimbingnya selalu tetap di koridor yang Engkau Ridhoi.
Assalamualaikum

Lama sih, ndak bersaung kembali disini. Sejak terjebak dalam proses penyelesaian tugas akhir hingga saat ini. Sebenarnya banyak yang akan tertuang kembali disini. Namun, lebih dipilah-pilah kembali, mana saja yang dapat bermanfaat untuk banyak pasang mata.

Sampai saat ini masih tetap dalam fase pembelajaran. Di mana proses pendewasaan itu kian banyak ritmenya. Banyak karakter kepala yang dipelajari dan dipahami sehingga dapat membawa keputusan dalam bersikap. Tetap berpositif terhadap segala hal disekitar sebagai kuncinya.

Jika masih diizinkan mengemban amanah usia yang diberikan, mimpi-mimpi ini masih banyak yang harus dikejar. Berkesempatan memiliki kontribusi dengan orang-orang yang positif karena ngaji tidak melulu pada sebuah hadapan wajah, karena debu yang terbang bisa juga menjadi ibrah.

InsyaAlloh akan berlanjut pada episode usia selanjutnya. Allohumma Amin.


Alhamdulillah.

Wassalam.
Kelap kelip laron beterbangan pada ruang hampa yang telah lama belum pernah terisi dengan kenangan manis. Terkubur rapat-rapat rasa yang sedemikian luar biasanya bila mulai tersentuh. Angin yang mulai memasuki relung-relung dinding kamar yang sunyi. Dengan setetes air mata yang lembut, berbisik hati kecil ini dengan nada sendu. Rindu.

Sehangatnya rindu, percayalah diriku kasih kaulah yang terakhir diantara sekian cintaku. Padamu yang tak pernah dihadirkan pada nyata yang tak mampu tergenggam dengan tangan ini. Dimensi doa, selalu menghibur kala tak ada lagi tempat bergaduh memecah keheningan. Hangatnya cintaMu sehangat cintaku. Cara yang dihamparkan luas pada sejadah indah nan anggun. Dilapisi dengan benang emas dan tenunan sutra, menambah hikmatnya perjalanan rasa.

Satu kelembutan sentuhan rahmatMu dan rahimMu. Tak pernah bisa mengerti apa yang dinamai "kasih" ? terkadang, menyimpulkan sendiri sering sekali salah dan susah. Ya, tak pernah terang dalam ini.

Setulus hati, seluruh cinta begitulah yang kini kurasakan. Namun, tak berani menujukan pada siapa dan apa. Sekian detik menghabiskan dengan menulis bagian-bagian kehidupan. Penuh tantangan, badai walau kemudian ada pelangi.

Kasih...
kaukah di sana?

"Jika aku datang padamu hanya sebagai bisikan-bisikan doa yang sederhana, tanpa kau ketahui bahwa parasku tak begitu menawan yang membuatmu terpaksa harus mengenang masa lalu cintamu yang indah. Dan kepergianku menyisakan lubang nyeri dihatimu, maafkan aku...
Biarkan semuanya berjalan tanpa rekayasa, bukan karena di depan dihadapkan pada serangkaian peristiwa kebetulan, namun, karena azam yang telah tertulis."
Assalamualaikum

Dengan usia yang menurut ku juga belum "siap", namun dihadapkan dengan 3 konsentrasi yang cukup menguras tenaga. Perihal->skripsi belum selesai->pernikahan->kesehatan.
Dan ketika ketiganya tertempuh pada sebuah deadline. Maka, mungkin disini yang disebut dengan "madrasah" pendewasaan diri. Tidak kesemua memang dapat terengkuh pada satu langkah, satu dayung. Semuanya butuh proses untuk dapat terselesaikan satu per satu. Sabar....

Kini, mulai bisa menerima bahwa indahnya persiapan pernikahan itu begitu nikmat. Alloh yang Maha Pemberi Rahmat, sangat mempermudah persoalan yang belum pernah aku alami sebelumnya. Sebuah ikatan suci yang tidak pernah terfikir bahwa akan terjadi dan terencana secepat ini. Bahkan, kemudahan-kemudahan lainnya. Yah, bersabar.. (*lagi) kemudian senyum.

Sampai saatnya nanti tiba, aku hanya berharap indah bukan untuk hari ikrar itu saja. Menghadapi karakter yang sangat berbeda, bahkan tak pernah diketahui sama sekali sebelumnya seperti apa dan bagaimana, bahkan harus menjadi teman hidup. Satu yang ku tahu. Bahwa, belajar, dan terus belajar. Sehingga perbedaan itu bisa menciptakan dan menambah kecintaanku terhadap Nya. Dia Yang Maha Luar Biasa. Maha Yang Tak Pernah ada yang bisa menandingi.

"Bisa...
in Syaa Alloh.", kata-kata penghibur tiap waktu.

Semoga dengan pintu pernikahan itu akan menjadi jawaban atas kesehatan ku pula. Ibrah pada tiap hal yang terjadi dan keputusan yang penuh dengan tanggung jawab. Semoga Alloh selalu mencurahkan cintaNya terhadap hamba yang berbalut khilaf ini.
Menikah


tak sekedar perumpamaan sepasang sandal yang hanya punya aspek kanan dan kiri
Bukan sekedar tim kerja untuk membeli segala jenis harta
Bukan sekedar pesta yang riuh, dekorasi yang wah
Tetapi
menikah adalah proses pendewasaan seseorang untuk lebih berani mengambil sikap, kerjasama hebat untuk bergerak.
Menikah adalah universitas kehidupan dimana cobaan materi, hati, iman adalah ujiannya.
Menikah membutuhkan kelapangan hati untuk melebur kata 'aku' dan 'kamu' menjadi 'kita'

Kau tahu akan ada benci saat keinginan mulai dibatasi
Ada satu sisi yang tak kita setujui dari pendamping hidup kita
Saat buah hati hadir akankah kita sabar dalam mendidik???
Adakah kata halus yang menjadi kata yang selalu kita katakan
Saat emosi mulai menggebu. Saat pikiran tak lagi lunak. Saat amarah tak lagi terbendung.
Sadarlah, kau sudah menikah, kau sudah punya anak, seyogyanya kau bisa memahami diri.

Selamat berjuang bagi yang sudah menikah dan Selamat bersiap bagi yang hendak menikah

*termasuk saya yang akan menikah, mohon doanya ya teman-teman*